KERUSAKAN PADA PERKERASAN ASPAL
- Fatigue (alligator) cracking (retak kelelahan/retak buaya)
- Bleeding (keluar aspal dari permukaan jalan)
- Block Cracking (retak blok)
- Corrugattion and shoving (ketidak rataan dan tersungkur)
- Depression (melendut)
- Joint reflection cracking (retak refleksi sambungan)
- Lane/shoulder drop-of (penurunan lajur/bahu)
- Longitudinal cracking (retak memanjang)
- Patching(tambalan)
- Polished aggregate (agregat melicin)
- Potholes (berlobang)
- Ravelling (tergerus)
- Rutting (beralur)
- Slippage cracking (retak mengeser)
- Stripping
- Transverse (thermal) cracking (retak termal melintang)
- Water bleeding and pumping
1. FATIGUE
(ALLIGATOR) CRACKING
Descripsi
: serangkaian retak yg saling bersambung, yg
disebabkan rusak kelelahan pada permukaan hot mix akibat lalu lintas berulang.
Pada perkerasan tipis retak dimulai dari dasar, dimana tensile stress cukup
besar lalu menjalar kepermukaan dalam bentuk satu atau lebih retak memanjang.
Ini merupakan retak yg umum atau “klasik”atau disebut “bottom –up”. Pada perkerasan
yg cukup tebal retak biasanya dimulai dari atas pada lokasi tensile tress yg
tinggi yg dihasilkan dari interaksi ban dan asphalt binder aging (to-down
cracking). Setalah beban berulang retak memanjang akan saling tersambung
membentuk bersudut banyak dan terbentuk seperti kulit buaya.
Masalah
yg timbul : indikasi kerusakan struktural,
retak dapat dimasuki air, roughness, dapat berlanjut menjadi rusak berlobang.
Penyebab
yg mungkin : tidak cukup menanggung struktur,
yg dapat disebabkan hal-hal berikut :
a)
menurunnya
karakteristik menanggung beban, pada base, subbase akibat drainese yg buruk
atau kualitas base yg mengandung clay.
b)
Stripping
pada dasar hot mix, bagian yg tripping berkontribusi melemahkan kekuatan
perkerasan akibatnya efektif tebal perkerasan berkurang.
c)
Meningkatnya
beban (ump beban berlebih dibanding dgn disain)
d)
Tidak
memadainya disain struktur perkerasan
Pelaksanaan
yg tidak bail umpamanya pemadatan yg tidak tercapai sesuai ketentuan.
Perbaikan: kerusakan harus diteliti untuk menentukan akar
penyebab termasuk test pit atau coring untuk mengetahui adanya air dibawah
perkerasan, perbaikan umumnya dgn dua kategori, a)rusak setempat menunjukan
subgrade yg lemah, ganti dgn pengalian dan perbaiki drainasenya, lalu di tambal
dgn material baru b) retak yg luas menunjukan kerusakan struktur secara umum,
lakukan overlay yg cukup kuat untuk menanggung beban yg ada.
2. BLEEDING
Deskripsi
: suatu film asapal pada permukaan perkerasan, yg
biasanya terlihat licin dan seperti kaca yg seterusnya dapat lengket pada roda
kendaraan.
Masalah:
hilangnya skid resistance terutama saat hujan.
Penyebab
yg mungkin: bleeding terjadi bila ruang antar
agregat diisi seluruhnya oleh aspal
terutama saat cuaca panas yg mengembang kepermukaan perkerasan. Karena
saat cuaca dingin asapal tidak bisa masuk lagi pada perkerasan maka aspal akan
terakumulasi pada permukaan perkerasan, hal ini terjadi akibat kombinasi ; a)
kelebihan asapal pada campuran bisa dari salah mix disain atau saat produksinya
b) kelebihan takaran pada penyemprotan chip seal c) rendahnya kadar pori pada
campuran.
Perbaikan
: perbaikan dibawah ini hanya memperkecil aspal
dipermukaan tetapi tidak memperbaiki masalah penyebab bleding, a) bleeding
terbatas gunakan pasir kasar untuk blot up kelebihan aspal b) bleeding yg luas
buang dgn grader atau heater palner, lalu diresurfacing.
3. Block
Cracking
Deskripsi
: retak yg saling terhubung yg membagi perkerasan
menjadi beberapa bagian persegi, blok berukuran kira-kira 0,1 m2 – 9 m2. Blok
yg luas diklasifikasi sebagai retak memanjang dan melintang,. Blok cracking
unmumnya terjadi pada bagian perkerasan yg jarang dilalui lalu lintas.
Penyebab
yg mungkin: HMA shringkage akibat temperatur
berulang, umunya disebabkan tidak mampunya aspal mengembang dan mengerut akibat
cyles temperatur disebabkan a) aspal binder aging b) pemilihan aspal yg jelek
saat mix disain
Perbaikan:
tergantung parah tidaknya kerusakan a)kerusakan yg
rendah (lebar <1/2 inci) cukup retak disealing untuk mencegah masuk air dan
tidak terjadi ravelling pada sisi retak, retak parah (lebar >1/2 inci dan
reveled pada sisi retak) bongkar dan ganti dgn overlay.
4. CORUGATION
DAN SHOVING (RENJUL DAN TERDORONG)
Deskripsi
: suatu pergerakan plastis biasanya keriting atau
terdorong melintang permukaan perkerasan,kerusakan biasanya melintang arah lalu
lintas,yg biasa terjadi dipersimpangan
Masalah
: raoughness
Kemungkinan
penyebab : biasanya disebabkan gerakan lalu
lintas (bergerak dan behenti) dikombinasi dgn low stiffness HMA, disebabkan
campuran terkontaminasi, disain campuran yg salah, produksi yg salah atau
penguapan penggunaan aspal emulsi yg terhambat, kadar air yg berlebihan di
subgrade.
Perbaikan: kerusakan yg parah harus dicari akar penyebabnya,
trategi perbaiakan antara lain dgn, a) rusak yg terbatas buang yg rusak dan
ditambal b) rusak meluas mengindikasikan kerusakan umum campuran, bongkar dan
lapisi dgn overlay.
5. DEPRESSION
(MELENDUT)
Deskripsi; daerah setempat perkerasan yg lebih rendah dari
elevasi yg sesungguhnya, lendutan ini umumnya terjadi setelah hujan dan air
masuk ke tepi perkerasan.
Masalah
yg timbul : roughness, lendutan yg diisi oleh
air dapat menyebabkan vehicle hydroplaning.
Kemungkinan
penyebab: settlement subgrade akibat
pemadatan yg tidak cukup, atau ada bagian subgrade yg lemah.
Perbaikan: harus diteliti akar masalah penyebabnya apakah
akibat subgrade yg turun atau sebab lainnya, daerah yg turun dibongkar dan
diganti dgn materail yg baik, lalu tutup dgn tambalan.
6. JOINT
REFLECTION CRACKING
Deskripsi
: retak ini terjadi pada overlay diatas perkerasan
kaku, retak terjadi tepai ditas sambungan perkerasan kaku,
Masalah
yg timbul: memungkinkan air masuk
perkerasan, roughness.
Kemungkinan
Penyebab: pergerakan plat beton dibawah
perkerasan hot mix karena thermal atau perubahan kadar air, biasanya tidak
disebabkan oleh beban lalu lintas, namun demikian lalu lintas dapat memperparah
lerusakan.
Perbaikan:
strategi tergantung pada keparahan retaknya, untuk
retak tidak parah (<1/2 inci lebar retak), retak disealing untuk mencegah
masuknya air dan ravelling pada sisi retak, retak parah (>1/2 inci lebar
retak dam retaknya banyak) bongkar retak dan diganti dgn overlay
7. LONGITUDINAL
CRACKING
Deskripsi: retak yg paralel terhadap as jalan atau arah
penghamparan, biasanya jenis fatigue cracking.
Masalah
yg timbul: bisa kemasukan air, roughness,
indikasi akan terjadi retak buaya dan kerusakan struktur.
Penyebab
yg mungkin: pelaksanaan sambungan yg jelek
atau salah lokasinya,sambungan merupakan daerah perkerasan yg kurang padat,
oleh sebab itu harus dibuat diluar jejak roda sehingga beban berkurang, b)
refektif retak dari lapisan dibawahnya c) fatigue hot mix yg dapat berlanjut
menjadi retak buaya d) top-down cracking.
Perbaikan
: strategi tergantung tingkat kerusakan, a)rusak
ringan dgn lebar retak <1/2 inci seal retak untuk menghindari masuk air dan
terjadinya raveling pada sisi retak, b) resak berat dgn lebar retak >1/2
inci bongkar dan diperbaiki dgn overlay
8. PATCHING
(TAMBALAN)
Deskripsi
: DAERAH PERKERASAN YG TELAH DIGANTI DGN MATERIAL
BARU UNTUK MEMPERBAIKI PERKARASAN LAMA
Masalah : roughness
Kemungkinan
penyebab : kerusakan perkerasan setempat yg
dibuang dan ditambal, pemotongan utilitas
Perbaikan
: tambalan sendiri merupakan tindakan perbaikan, Cuma
perbaiakan sendiri harus mengingat ia sebagai struktural atau non struktural
9. POLISHED
AGGREGATE
Deskripsi
: daerah pada perkerasan dimana bagian agregat bagian
permukaan perkerasan beraspal sangat sedikit atau tidak ada sama sekali butiran
agregat yang bersudut
Masalah
yang timbul : menurunnya skid resistance
Penyebab
yang mungkin : pengerusan lalu lintas yg berulang,umumnya
akibat perkerasan menua yg menyebabkan butiran bersudut menjadi licin, hal ini
terjadi dgn cepat apabila agregat rentan terhadap abrasi atau terkena studded
tire wear yang berlebihan.
Perbaikan
: berikan lapisan skid resistance seperti slurry seal
atau BST atau overlay
10. POTHOLES
(BERLOBANG)
Deskripsi
: penurunan berbentuk cekungan dari permukaan
perkerasan sampai seluruh lapisan hotmix sampai ke base coursenya,umumnya
mempunyai sisi yg tajam dan vertikal dekat sisi dari lobang, lobang biasa terjadi
pada jalan yg mempunyai hotmix yg tipis 25 sampai 50 mm dan jarang terjadi pada
jalan hot mix yg tebal 100 mm.
Masalah
yg timbul: roughness, infiltrasi air pada
perkerasan
Penyebab
yg mungkin: umumnya ,lobang merupakan hasil
dari retak buaya, lalu berlanjut akibat lalu lintas terlepasnya bagian retak
menjadi lobang.
Perbaikan: dengan penambalan.
11. RAVELING
( PELEPASAN BUTIR)
Deskripsi:
kerusakan yg berlanjut pada lapisan hot mix dari
permukaan berlanjut ke bawahnya sebagai akibat terlepasnya butiran agregat.
Masalah
yg timbul :terlepasnya dubu pada perkerasan,
roughness, air yg terkumpul pada bagian yg reveling bisa menyebabkan
hydroplaning, dan hilangnya skid resistance.
Kemungkinan
Penyebab: hilangnya ikatan butiran agregate
dan aspal sebagai akibat,a) debu menyelimuti butiran agregat sehingga aspal
melekat pada debu bukan pada agregat b) segregasi agregat, apabila butiran
halus hilang dari matrik agregat, lalu aspal hanya mampu merekat pada agregat
kasar yg relatif mempunyai titik kontak yang terbatas c) tidak cukup pemadatan
saat pelaksanaan, kepadatan yg tinggi diperlukan untuk membuat kohesi dalam
hotmix, Pelepasan mekanis oleh jenis lalu lintas tertentu.
Perbaikan:
perkerasan yg reveling harus diteliti akar penyebab
kerusakan, umumnya dibagi dua kategori rusak yg kecil dibuang dan ditambal
ulang, rusak yg besar mengindikasikan kerusakan umum, buang bagian yg rusak dan
dioverlay
12. RUTTING
(BERALUR)
Deskripsi: depresi permukaan perkerasan pada jejak roda, terjadi
jembulan sepanjang sisi yang beralur tersebut, alur akan nampak setelah turun
hujan dan terisi air, ada dua jenis rutting yaitu rutting campuran dan rutting
subgrade. Ritting campuran terjadi bila subgrade belum rutting, tetapi terjadi
deprise permukaan pada jejak roda sebagai akibat masalah pemadatan/ disain
campuran. Subgrade rutting terjadi bila menunjukan subgrade depresi akibat
beban, dalam hal ini perkerasan settle pada subgrade yg diikuti oleh depresi
permukaan pada jejak roda.
Masalah
yg timbul: alur yg terisi air akan
menyebabkan vechile hydroplaning, dapat berbahaya karena akan menarik kendaraan
tetap berada pada lajur alur.
Penyebab
yg mungkin: deformasi permanen pada suatu
lapisan perkerasan atau subgrade biasanya disebabkan konsolidasi atau pergerakan
lateral material akibat beban lalu lintas, penyebab khususnya adalah: a) kurang
pemadatan lapisan hot mix saat pelaksanaan, bila kepadatan awalnya belum cukup,
perkerasan akan terus memadat dibawah pengaruh beban lalu lintas. b) Subgrade
rutting akibat tidak memadainya struktur perkerasan, c) tidak memadainya
perencanaan campuran umpamanya akibat terlalu tingginya kadar aspal, kebanyakan
material filler, tidak memadainya jumlah butiran agregat yang bersudut. Rutting
yg diakibatkan studded tire wear menunjukan masalah yang sama seperti rutting
yang dibicarakan diatas, tetapi hal ini akibat macanical dislodfing
(pengeluaran mekanis) akibat pemakaian bukan deformasi perkerasan.
Perbaikan
: rutting yg berat harus diteliti akar penyebabnya
apakah kurang pemadatan, subgrade rutting, disain campuran salah atau studded
tire wear, ratung yg kecil < 1/3 inci (7 mm)
dalamnya biasanya dibiarkan saja, sedangkan yg berat harus diratakan dan
dioverlay.
13. SLIPPAGE
CRACKING (RETAK BERGESER)
Deskripsi
: retak bentuk bulan sabit atau setengah lingkaran
umumnya mempunyai dua titik akhir sesuai arah lalu lintas.
Masalah
yg timbul :bisa kemasukan air, dan roughness.
Penyebab
yg mungkin : pengereman atau belokan roda
kendaran yg menyebabkan permukaan perkerasan slip dan berubah posisi,
terjadinya slip dan deformasi disebabkan rendahnya kekuatan permukaan campuran
atau ikatan yg lemah antara permukan hot mix dengan lapisan dibawahnya pad
suatu susunan struktur perkerasan.
Perbaikan
:bongkar dan ganti bagian daerah yg rusak tersebut.
14. Stripping
Deskripsi
:hilangnya ikatan antara agregat dan aspal pengikat
yg umunya dimulai pada dasar hotmix dan
berlanjut kearah atas, apabila stripping mulai dari permukaan dan
berlanjut ke bawah hal ini dinamakan ravelling.
Masalah
yg timbul :menurunnya daya dukung struktural,
rutting, shoving/corugation, ravelling atau craking alligator atau
longitudinal.
Penyebab
yg mungkin:bottom-up stripping susah dikenali
karena merupakan manifestasi pada permukaan perkerasan itu sendiri akibat
bentuk distres yg lainnya termasuk rutting, shoving/corugation, ravelling, atau
cracking, biasanya perlu dilakukan coring untuk menentukan secara jelas akibat
kerusakan tersebut hal ini terjadi akibat a) sifat kimia permukaan agregat yg
jelek b) air pada campuran hot mix menyebabkan kerusakan akibat air c) overlay
diatas lapisan existing open graded menurut pengalaman WSDOT overlay diatas ini
cenderung stripping.
Perbaikan
: stripping pada perkerasan harus diteliti akar
masalah penyebabnya umpamanya bagai mana air bisa masuk perkerasan, umumnya
perkerasan yang rusak dibongkar dan diganti setelah dilakukan pernbaikan
masalah drainase bawah permukaan (subsurface drainage)
15. TRANSVERSE
(THERMAL) CRACKING
Deskripsi
: retak pada perkerasan arah melintang sumbu jalan
atau arah pengaspalan, biasanya merupakan jenis retak thermal
Masalah
yg timbul : memungkinkan infiltrasi aiar,
roughness
Kemungkinan
penyebab :a) shringkage pada permukaan
campuran akibat temperatur rendah atau penuaan aspal b) reflective crack akibat
retak dibawah lapisan permukaan c) top-down cracking
Perbaikan
: strategi tergantung tingkat kerusakan dan
berlanjutnya retak, a) retak ringan lebar (<1/2 inci dan tidak meluas),
sealing retak untuk mencegah masuknya air ke subgrade melelui retak dan
terjadinya raveling pada sisi retak b) retak berat lebar (>1/2 inci dan
meluas) bongkar dan ganti perkerasan yg retak dgn overlay
16. WATER
BLEEDING/ PUMPING
Deskripsi
:
Hal ini terjadi apabila air merembes keluar joint atau retak atau melalui
lapisan hotmix yg sangat porus, pumping terjadi apabila air dan materail halus
ikut keluar dari bawah lapisan pekerasan melalui retak akibat pengaruh beban
lalu lintas
Masalah
yang timbul : menurunnya skid reistance, suatu
indikasi tingginya porositas perkerasan (water bleeding), menurunnya daya
dukung struktural (pumping).
Penyebab
yg mungkin:a) perkerasan yg porus akibat
kurang pemadatan sewaktu pelaksanaan atau perencanaan campuran yg salah b)
tingginya muka air tanah c) drainase yg jelek
Perbaikan
:Water bleeding atau pumping harus diteliti akar
penyebabnya apabila masalah disebabkan muka air tanah yg tinggi atau drainase
yg jelek , drainase subgrade harus diperbaiki, apabila masalah campuran yg
jelek lakukan fog seal atau slurry seal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar