Pengujian Marshall
Kinerja beton aspal padat ditentukan melalui pengujian benda uji yang
meliputi:
- Penentuan berat volume benda uji
- Pengujian nilai stabilitas, adalah kemampuan maksimum beton aspal padat menerima beban sampa terjadi kelelehan plastis
- Pengujian kelelehan (flow), adalah besarnya perubahan bentuk plastis dari beton aspal padat akibat adanya beban sampai batas keruntuhan
- Perhitungan Marshall Qoutient adalah perbandingan antara nilai stabilitas dan flow
- Perhitungan berbagai jenis volume pori dalam beton aspal padat (VIM, VMA, dan VFA)
- Perhitungan tebal selimut atau film aspal
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi
dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (=5000 lbf) dan
flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas dan flowmeter
untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk
silinder berdiameter 4 inci (=10,2 cm) dan tinggi 2,5 inci (=6,35 cm). prosedur
pengujian Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-90 atau ASTM D
1559-76.
Dari keenam butir pengujian yang umum dilakukan untuk
menentukan kinerja beton aspal, terlihat bahwa hanya nilai stabilitas dan flow
yang ditentukan dengan mempergunakan alat Marshall, sedangkan parameter lainnya
ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan. Walaupun demikian,
secara umum telah dikenali bahwa pengujian Marshall meliputi pengujian keenam
butir diatas.
Secara garis besar
pengujian Marshall meliputi:
1.
Persiapan benda uji
2.
Penentuan berat jenis bulk dari benda uji
3.
Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow
4.
Perhitungan sifat volumetric benda uji
Persiapan benda uji
Hal-hal yang diperhatikan dalam mempersiapkan benda
uji adalah:
1.
Jumlah benda uji yang disiapkan
2.
Persiapan agregat yang akan digunakan
3.
Penentuan temperature pencampuran dan pemadatan
4.
Persiapan campuran beton aspal
5.
Pemadatan benda uji
6.
Persiapan untuk pengujian Marshall
Jumlah benda uji yang disiapkan ditentukan dari
tujuan dilakukannya uji Marshall tersebut. AASHTO menetapkan 3 buah benda uji
untuk setiap kadar aspal yang digunakan. Agregat dikerngkan di dalam oven pada
temperature 105-110 °C.
setelah dikeringkan agregat dipisah-pisahkan sesuai fraksi ukurannya dengan
mempergunakan saringan. Umumnya fraksi ukuran yang digunakan adalah:
·
19 – 25 mm (3/4 – 1 inci)
·
9,5 – 19 mm (3/8 – ¾ inci)
·
4,75 – 9,5 mm (No. 4 – 3/8 inci)
·
2,36 – 4,75 mm (No. 8 – No. 4)
·
< 2,76 mm (< No. 8)
Temperature pencampuran adalah temperature pada saat
aspal mempunyai viskositas kinematis sebesar 170 ± 20 centistokes dan
temperature pemadatan adalah temperature pada saat aspal mempunyai nilai
viskositas kinematis 280 ± 30 centistokes.
Agregat yang digunakan untuk membuat benda uji
Marshall tidak boleh melebihi 25 mm (= 1 inci). Jika digunakan agregat lebih
besar dari 25 mm sampai dengan 38 mm (=1,5 inci), maka haruslah dilakukan
modifikasi seperti yang dilakukan Kandhal.
Campuran disiapkan untuk satu benda uji. Agregat
ditimbang sesuai fraksi ukurannya berdasarkan gradasi yang diinginkan. Berat
total agregat campuran adalah berat agregat yang dapat menghasilkan satu benda
uji padat setinggi 6,35 cm dengan diameter 10,2 cm. umumnya berat agregat
campuran adalah ±
1200 gram. Sebaiknya sebelum dibuat benda uji untuk uji Marshall, dibuat dahulu
satu benda uji dengan berat agregat tertentu, untuk memeriksa apakah agregat
yang dipilih perlu dilakukan jika tinggi benda uji yang diperoleh lebih/kurang
dari yang ditetapkan.
Agregat dipanaskan sampai mencapai temperature ± 20°C
diatas suhu pencampuran. Agregat panas dan aspal panas dimasukkan ke dalam
tempat pencampuran untuk dicmapur merata pada suhu pencampuran. Campuran beton
aspal panas dituangkan ke dalam mold yang telah dipersiapkan, ditusuk – tusuk,
dan dipadatkan dengan mempergunakan penumbuk (hammer) seberat 10 pon (=4,356
kg) dengan tinggi jatuh 18 inci (=45,7 cm). tabel memberikan batasan tentang
jumlah tumbukan yang dilakukan untuk setiap sisi benda uji, berdasarkan beban
lalu lintas yang akan dilayani oleh perkerasan ini. Setelah pemadatan selesai
dilakukan, maka benda uji dibiarkan dingin dan dikeluarkan dari mold.
Tabel. Jumlah Tumbukan Masing – Masing Sisi Benda Uji
Beban Lalulintas
|
Jumlah Lintasan Sumbu Standar 18000 pon (ESA)
|
Jumlah Tumbukan Masing-Masing Sisi Benda Uji
|
Ringan
|
< 104
|
35
|
Sedang
|
104 – 106
|
50
|
Berat
|
>106
|
75
|
Penentuan Berat Jenis Bulk Dari
Benda Uji
Penentuan berat jenis bulk dari benda uji beton aspal
padat dilakukan segera setelah benda uji dingin dan mencapai suhu ruang. Berat
jenis bulk ditentukan sesuai AASHTO T166-88.
Pemeriksaan Nilai Stabilitas
Dan Flow
Pemeriksaan stabilitas diperlukan untuk mengukur
ketahanan benda uji terhadap beban dan flowmeter mengukur besarnya deformasi
yang terjadi akibat beban.
Untuk mendapatkan temperature benda uji sesuai dengan
temperature terpanas di lapangan, maka sebelum dilakukan pemeriksaan benda uji
dipanaskan terlebih dahulu selama 30 atau 40 menit dengan temperature 60 °C di
dalam water bath. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan benda uji pada alat
Marshall dan beban diberikan kepada benda uji dengan kecepatan 2 inci/menit
atau 51 mm/menit. Beban pada saat terjadi keruntuhan dibaca pada arloji
pengukur dari proving ring, deformasi yang terjadi pada saat itu merupakan
nilai flow yang dapat dibaca pada flowmeternya. Nilai stabilitas merupakan
nilai arloji pengukur dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring dan
dikoreksi dengan angka koreksi akibat variasi ketinggian benda uji.
Perhitungan Parameter Marshall
Lainnya
Setelah uji Marshall dilakukan, maka dilanjutkan dengan perhitungan
untuk menentukan:
1.
Marshall Quotient (MQ) adalah rasio antara nilai
stabilitas dan kelelehan
2.
Berat volume benda uji
3.
Volume pori dalam benda uji (VIM)
4.
Volume antara agregat dalam benda uji (VMA)
5.
Volume antara agregat yang terisi oleh aspal
(VFA)
6.
Tebal selimut aspal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar